Panen 140 Ikat Kangkung Cabut, Warga Binaan Lapas Geser Sukses Dukung Ketahanan Pangan

Tinta-rakyat.com-Geser//Kontribusi produktif warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Geser dalam mendukung ketahanan pangan kembali diwujudkan melalui panen 140 ikat kangkung cabut yang dibudidayakan dengan metode hidroponik modifikasi, kamis (18/12). Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan ruang di balik jeruji tidak menghalangi kreativitas dan kemandirian ekonomi warga binaan.

Pelaksana Harian Kasubsi Pembinaan, M. Yusuf Kilkoda mengatakan, Keberhasilan ini merupakan implementasi dari program penanaman dengan metode hidroponik, yang juga berfungsi sebagai sarana pembinaan kemandirian bagi Warga Binaan. Program ini bertujuan membekali mereka dengan keterampilan agrobisnis yang relevan untuk menghasilkan produk pangan berkualitas dan layak konsumsi bagi masyarakat luas maupun internal Lapas.

Bacaan Lainnya

“Kami sangat mengapresiasi kerja keras dan ketekunan Warga Binaan dalam mengelola program kemandirian di bidang pertanian ini. Panen 140 ikat kangkung cabut saat ini membuktikan efektivitas pembinaan yang tepat sasaran, sekaligus menunjukkan peningkatan produksi signifikan dari 35 ikat pada Oktober dan 60 ikat pada November 2025 lalu yang berhasil diwujudkan secara berkala di Lapas Geser. Selanjutnya, untuk pemanfaatan hasil panen secara maksimal guna keberlanjutan program kemandirian pangan, sayuran kangkung dibersihkan dan dikemas untuk dipasarkan kepada konsumen, dan sebagian akan dipasok di dapur Lapas melalui pihak penyedia bama,” terang Yusuf.

Dikonfirmasi Tim Humas, Kepala Lapas Geser, Mulyo Utomo mengatakan, Kegiatan ini bukan hanya sekadar aktivitas bertani, melainkan bagian dari komitmen Lapas Geser dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, melalui pemberdayaan warga binaan yang berhasil diwujudkan.

“Melalui kegiatan ini, kami ingin membekali Warga Binaan dengan keterampilan praktis, khususnya hidroponik modifikasi yang efisien, sebagai bekal kemandirian. Keterampilan ini tidak hanya mengajarkan kedisiplinan dan inovasi pertanian modern, tetapi juga menjadi modal keahlian bagi Warga Binaan untuk berwirausaha atau bekerja di sektor pertanian setelah bebas. Kami berharap inisiatif ini dapat mengubah stigma negatif masyarakat dan menunjukkan potensi kontribusi positif Warga Binaan,” pungkas Utomo.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *